Benigna Prostat Hipertropi (BPH)
KONSEP MEDIS
A.
DEFINISI
BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Pada banyak
pasien dengan usia diatas 50 tahun, kelenjar prostatnya mengalami pembesaran. Kelenjar
prostat membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat
aliran keluar urine dengan menutupi orifisium uretra, dapat menyebabkan
hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya
tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi
prostat, tetapi kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasia
nodula-nodula fibroadenomatosa majemuk dalam prostat (sel-selnya bertambah
banyak). Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan
disebut kapsul surgical. Maka dalam literatur di benigna hiperplasia of prostat
gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat sudah umum dipakai. Lobus
yang mengalami hipertrofi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra prostatik,
dengan demikian menyebabkan pensongongan urine inkomplit atau retensi urine,
dimana sebagian urine tetap berada dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai
media untuk organisme infektif.
B.
PATOLOGI ANATOMI PROSTAT
Kelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang
melingkar Bledder neck dan bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada
orang dewasa kira-kira 20 gram dengan ukuran rata-rata:
-
Panjang 3.4 cm
-
Lebar 4.4 cm
-
Tebal 2.6
Secara embriologis terdiri dari 5 lobur:
-
Lobus medius 1 buah
-
Lobus anterior 1 buah
-
Lobus posterior 1 buah
-
Lobus lateral 2 buah
Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus
posterior akan menjadi satu disebut lobus medius. Pada penampang lobus medius
kadang-kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen
berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini
disebut kelenjar prostat. Pada potongan melintang uretra pada posterior
kelenjar prostat terdiri dari:
- Kapsul anatomis
- Kapsul anatomis
-
Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler
- Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian:
- Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian:
Ø
Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya
Ø Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini
disebut juga sebagai adenomatus zone
Ø
Di sekitar uretra disebut periuretral gland
Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan
saluran dari vesika seminalis bersatu membentuk duktus ejakulatoris komunis
yang bermuara ke dalam uretra. Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada
colok dubur, sedangkan pada oran dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya
mudah teraba.
Sedangkan pada penampang tonjolan pada proses hiperplasi prostat, jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna kuning kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan jaringan prostat yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan keluar cairan seperti susu. Apabila jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan berwarna abu-abu, padat dan tidak mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan.
Sedangkan pada penampang tonjolan pada proses hiperplasi prostat, jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna kuning kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan jaringan prostat yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan keluar cairan seperti susu. Apabila jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan berwarna abu-abu, padat dan tidak mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan.
C.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum
diketahui secara pasti. Prostat merupakan alat tubuh yang bergantung kepada
endokrin dan dapat pula dianggap undangan(counter part). Oleh karena itu yang
dianggap etiologi adalah karena tidak adanya keseimbangan endokrin. Namun
menurut Syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 etiologi dari BPH
adalah:
·
Adanya hiperplasia periuretral yang disebabkan karena
perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen. Dengan penuaan kadar testosteron serum menurun, dan kadarestrogen serum
meningkat. Terdapat teori bahwa rasio estrogen/androgen yang lebih tinggi akan
merangsang hiperplasia jaringan prostat.
·
Ketidakseimbangan endokrin.
·
Faktor umur / usia lanjut.
D.
MANIFESTASI KLINIS
Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada
orang tua, tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi
karena dua hal yaitu:
1.Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih
2.Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis. Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi:
1.Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih
2.Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis. Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi:
a.
Retensi urin
b.
Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing
c.
Miksi yang tidak puas
d.
Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)
e.
Pada malam hari miksi harus mengejan
f.
Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)
g.
Massa pada abdomen bagian bawah
h.
Hematuria
i.
Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin)
j.
Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksi
k.
Kolik renal
l.
Berat badan turun
m.
Anemia
Kadang-kadang
tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga
harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung
kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.
D. PATOFISIOLOGI
Hiperplasia prostatik merupakan pertumbuhan nodul-nodul
fibroadenomatosa majemuk dalam prostat. Pertumbuhan tersebut dimulai dari
bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan
kelenjar normal yang tersisa. Jaringan
hiperplastik terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot
polos yang jumlahnya berbeda-beda. Prostat tersebut mengelilingi uretra, dan
perbesaran bagian periuretral akan menyebabkan obstruksi leher kandung kemih
dan uretra pars prostatika, yang mengakibatkan berkurangnya aliran kemih dari
kandung kemih.
Menurut syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 adalah
Umumnya gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan
hormonal. Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenoma yang
tersebar. Pembesaran adenoma progresif menekan atau mendesak jaringan prostat
yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan kapsula bedah. Kapsula bedah ini
menahan perluasannya dan adenoma cenderung tumbuh ke dalam menuju lumennya,
yang membatasi pengeluaran urin. Akhirnya diperlukan peningkatan penekanan
untuk mengosongkan kandung kemih. Serat-serat muskulus destrusor berespon
hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di dalam kandung kemih.
Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi kandung kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup berkontraksi secara efektif. Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan batu kandung kemih. Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis.
Retensi progresif bagi air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat dengan drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan edema hebat dan hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang progresif bisa merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan natrium akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia.
Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius, terjadi perlahan-lahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat. Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi kandung kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup berkontraksi secara efektif. Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan batu kandung kemih. Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis.
Retensi progresif bagi air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat dengan drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan edema hebat dan hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang progresif bisa merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan natrium akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia.
Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius, terjadi perlahan-lahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat. Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah
a.Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter,
hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.
b.
Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi
c.
Hernia / hemoroid
d.
Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batu
e.
Hematuria
f.
Sistitis dan Pielonefritis
I.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Pada pasien Benigna Prostat Hipertropi umumnya dilakukan
pemeriksaan:
1. Laboratorium
1. Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit,
tes sensitivitas dan biakan urin
2. Radiologis
2. Radiologis
Intravena
pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos
abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk,
ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS =
Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra
sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan
keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim
De Jong, 1997).
3. Prostatektomi Retro Pubis, Pembuatan insisi pada abdomen
bawah, tetapi kandung kemih tidak
dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi
pada anterior kapsula prostat.
4.
Prostatektomi Parineal
Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat
dibuang melalui perineum.
Komentar
Posting Komentar