kesehatan mental, normal dan abnormalitas seksual
2.1
Kesehatan Mental
2.1.1
Pengertian Kesehatan Mental
Ilmu kesehatan mental merupakan salah
satu cabang termuda dari ilmu jiwa yang tumbuh pada akhir abad ke-19 M dan
sudah ada di Jerman sejak tahun 1875 M. pada abad kedua puluh, ilmu ini
berkembang dengan pesat, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Menurut Yahya Jaya kesehatan mental
adalah .terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi
kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri
dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk
mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat..
Menurut Zakiah Daradjat kesehatan mental
adalah .terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose)
dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
Sedangkan menurut Sururin kesehatan
mental adalah .kemampuan untuk menyesuaikan dirinya sendiri, dengan orang lain
dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.
Dari pengertian di atas dapat di
simpulkan bahwa kesehatan mental yaitu kemampuan seseorang dalam menyesuaikan
dirinya baik dengan orang lain serta dengan lingkungannya dan orang tersebut
sehat mentalnya dari gejalagejala kejiwaan dan penyakit jiwa.
2.1.2
Prinsip-prinsip Kesehatan Mental
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip
kesehatan mental adalah dasar yang harus ditegakkan orang dalam dirinya untuk
mendapatkan kesehatan mental yang baik serta terhindar dari gangguan kejiwaan.
Prinsip-prinsip tersebut menurut Sururin adalah:
a. Gambaran
dan sikap yang baik terhadap diri sendiri
b. Keterpaduan
antara Integrasi diri
c. Perwujudan
Diri (aktualisasi diri)
d. Berkemampuan
menerima orang lain,
e. Berminat
dalam tugas dan pekerjaan
f. Pengawasan
Diri
g. Rasa
benar dan Tanggung jawab.
Secara singkat prinsip-prinsip kesehatan
mental tersebut dapat dijelaskan
sebagai
berikut:
a.
Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri
Prinsip ini biasa diistilahkan dengan self
image. Prinsip ini antara lain dapat dicapai dengan penerimaan diri,
keyakinan diri dan kepercayaan pada diri sendiri. Self Image yang juga
disebut dengan citra diri merupakan salah satu unsur penting dalam pengembangan
pribadi.
b.
Keterpaduan antara Integrasi diri
Yang dimaksud keterpaduan di sini adalah
adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan jiwa dalam diri, kesatuan
pandangan (falsafah) dalam hidup dan kesanggupan menghadapi stress.
c.
Perwujudan Diri (aktualisasi diri)
Merupakan proses pematangan diri.
Menurut Reiff, orang yang sehat mentalnya adalah orang yang mampu
mengaktualisasikan diri atau potensi yang dimiliki, serta memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya dengan cara yang baik dan memuaskan.
d.
Berkemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan menyesuaikan
diri dengan lingkungan setempat. Untuk dapat penyesuaian diri yang sukses dalam
kehidupan, minimal orang harus memiliki kemampuan dan keterampilan, mempunyai
hubungan yang erat dengan orang yang mempunyai otoritas dan mempunyai hubungan
yang erat dengan teman-teman.
e.
Berminat dalam tugas dan pekerjaan
Orang yang menyukai terhadap pekerjaan
walaupaun berat maka akan cepat selasai daripada pekerjaan yang ringan tetapi
tidak diminatinya.
f.
Pengawasan Diri
Mengadakan pengawasan terhadap hawa
nafsu atau dorongan keinginan serta kebutuhan oleh akal pikiran merupakan hal
pokok dari kehidupan orang dewasa yang bermental sehat dan kepribadian normal,
karena dengan pengawasan tersebut orang mampu membimbing segala tingkah
lakunya.
g.
Rasa benar dan Tanggung jawab
Rasa benar dan tanggung jawab penting
bagi tingkah laku, karena setiap individu ingin bebas dari rasa dosa, salah dan
kecewa. Rasa benar, tanggung jawab dan sukses adalah keinginan setiap orang
yang sehat mentalnya.
2.1.3
Penyakit-penyakit Mental dan Faktor-faktor Penyebabnya
Menurut Zakiah Daradjat, keabnormalan
dapat dibagi atas dua golongan yaitu: gangguan jiwa (neurose) dan sakit
jiwa (psychose). Namun ada perbedaan antara neurose dan psychose. Orang
yang terkena neurose, masih bisa
mengetahui dan merasakan kesukaran, sebaliknya yang kena psychose tidak.
Macam-macam
neurosis di antaranya adalah
a. Neurasthenia
b. Histeria
c. Psychastenia.
Secara
singkat macam-macam neurose tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Neurasthenia
Penyakit Neurasthenia adalah
penyakit payah. Orang yang diserang akan merasa antara lain: Seluruh badan
letih, tidak bersemangat, lekas merasa payah, walupun sedikit tenaga yang
dikelaurkan. Para ahli menyebutkan penyebab penyakit ini antara lain: karena
terlalu sering melakukan onani (masturbasi), terlalu lama menekan perasaan,
pertentangan batin, kecemasan, terlalu banyak mengalami kegagalan hidup.
b.
Histeria
Histeria terjadi
akibat ketidak mampuan seseorang menghadapi kesukaran-kesukaran, tekanan
perasaan, kegelisahan, kecemasan dan pertentangan batin.
Macam-macam
Histeria:
1. Lumpuh
Histeria: kelumpuhan salah satu anggota fisik.
Penyebab hysteria ini adalah adanya tekanan pertentangan batin yang tidak dapat
diatasi.
2. Cramp
Histeria: Cramp yang terjadi pada sebagian
anggota fisik. Penyebab dari hysteria ini adanya tekanan perasaan, kegelisahan,
kecemasan yang dirasakan akibat kebosanan menghadapi pekerjaan-pekerjaannya.
3. Kejang
Histeria: yaitu badan seluruhnya menjadi kaku,
tidak sadar akan diri, kadang-kadang sangat keras disertai dengan
teriakan-teriakan dan keluhan-keluhan tetapi air mata tidak keluar.Penyebabnya
adalah emosi sangat tertekan, seperti tersinggung, sedih, dan rasa penyesalan.
c.
Psychastenia
Psychastenia adalah
semacam gangguan jiwa yang bersifat paksaan, yang berarti kurangnya kemampuan
jiwa untuk tetap dalam keadaan integrasi yang normal. Gejala-gejala penyakit
ini adalah:
1. Phobia
yaitu rasa takut yang tidak masuk akal. Kadang-kadang rasa takut yang tidak
masuk akal itu menyebabkan tertawaan orang sehingga ia makin merasa cemas.
2. Obsesi
yaitu gejala gangguan jiwa, di mana si sakit dikuasai oleh pikiran yang tidak
bisa dihindari.
3. Kompulsi
yaitu gangguan jiwa, yang menyebabkan melakukan sesuatu, baik masuk akal
ataupun tindakan itu tidak dilakukannya, maka si penderita akan merasa gelisah
dan cemas. Kegelisahan atau kecemasan itu baru hilang apabila tindakan itu
dilakukan.
Sedangkan
macam-macam Psychose antara lain:
a. Schizophrenia
b. Paranoia
c. Manicdepressive.
Secara
singkat macam-macam psychose tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Schizophrenia
adalah penyakit jiwa yang paling banyak
terjadi dibandingkan dengan penyakit jiwa lainnya, penyakit ini menyebabkan
kemunduran kepribadian pada umumnya, yang biasanya mulai tampak pada masa
puber. Gejala-gejala Skizoprenia yang penting antara lain:
1. Dingin
perasaan, tak ada perhatian pada apa yang terjadi disekitarnya.
2. Banyak
tenggelam dalam lamunan yang jauh dari kenyataan
3. Mempunyai
prasangka-prasangka yang tidak benar dan tidak Beralasan
4. Sering
terjadi salah tanggapan atau terhentinya pikiran atau juga pembicaraannya tidak
jelas ujung pangkalnya
5. Halusinasi
pendengaran, penglihatan atau penciuman, di mana si penderita seolah-olah
mendengar, mencium atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
6. Si
sakit banyak putus asa dan merasa bahwa ia adalah korban kejahatan orang banyak
atau masyarakat
7. Keinginan
menjauhkan diri dari masyarakat, tidak mau bertemu orang lain.
b.
Paranoia
adalah penyakit .gila kebesaran., atau
.gila menuduh orang. Penyakit ini tidak banyak terjadi, kadang-kadang hanya
satu atau dua orang saja yang terdapat menjadi penghuni dari salah satu rumah
sakit jiwa. Biasanya penyakit ini mulai menyerang orang sekitar umur 40 tahun.
Di antara ciri-ciri khas penyakit ini adalah delusi, yaitu satu pikiran
salah yang menguasai orang yang diserangnya.
c.
Manicdepressive
Penyakit ini dinamakan juga .gila
kumat-kumatan. di mana penderita mengalami rasa besar/gembira yang kemudian
berubah menjadi sedih/tertekan.
Menurut
Zakiah Daradjat, gangguan kesehatan mental dapat mempengaruhi:
a. Perasaan;
misalnya cemas, takut, iri-dengki, sedih tak beralasan, marah oleh hal-hal
remeh, bimbang, merasa diri rendah, sombong, tertekan (frustasi), pesimis,
putus asa dan apatis.
b. Pikiran;
kemampuan berpikir kurang, sukar memusatkan perhatian, mudah lupa, tidak dapat
melanjutkan rencana yang telah dibuat.
c. Kelakuan;
nakal, pendusta, menganiaya diri atau orang lain, menyakiti badan orang atau
dirinya dan berbagai kelakuan menyimpang lainnya.
d. Kesehatan
tubuh; penyakit jasmani yang tidak disebabkan oleh gangguan pada jasmani.
Dari penjelasan di atas penulis memberi
kesimpulan bahwa semua penyakit jiwa dan
gangguan jiwa disebabkan karena perasaan tertekanan yang tidak bisa dihindari
oleh si penderita, sehingga perasaan itu terusmenerus ia simpan yang akhirnya
menyebabkan si penderita pesimis dan hilang akal untuk mengontrol dirinya.
2.1.4
Tanda-tanda Mental Sehat
Dari World Health Organization (WHO)
.Bagian Jiwa. telah menetapkan ciri-ciri Mental Health seseorang. Adapun
ciri-ciri mental sehat tersebut adalah:
a.
Adjustment (Penyesuaian
diri).
b.
Integrated Personality (Kepribadian
utuh/kokoh).
c.
Free of the Senses of
Frustration, Confict, Anxiety, and Depression (Bebas
dari rasa gagal, pertentangan batin, kecemasan dan tekanan).
d.
Normatif,
semua sikap dan tingkah laku yang dilahirkannya tidak ada yang lolos dari
jaringan Niai/Adat/Agama/Peraturan/UU.
e.
Responsibility (Bertanggung
Jawab).
f.
Maturity (Kematangan),
terdapatnya kematangan dalam melakukan suatu sikap dan tingkah laku-tingkah
laku itu dijalankan penuh pertimbangan.
g.
Otonomi (Berdiri
Sendiri), selalu bersifat mandiri atas segala tugas tugas atau kewajiban yang
menjadi bebannya, tanpa suka memikul bebannya kepada orang lain dalam kondisi
yang tidak terpaksa.
h.
Well Decision Making (Pengambil
Keputusan yang Baik).
Sedangkan
di dalam bukunya Dadang Hawari, kriteria jiwa atau mental yang sehat adalah:
a.
Dapat menyesuaikan diri
secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya.
b.
Memperoleh kepuasan
dari hasil jerih payah usahanya.
c.
Merasa lebih puas
memberi daripada menerima
d.
Secara relatif bebas
dari rasa tegang dan cemas.
e.
Berhubungan dengan
orang secara tolong-menolong dan saling memuaskan
f.
Menerima kekecewaan untuk
dipakainya sehingga sebagai pelajaran untuk dikemudian hari
g.
Menjuruskan rasa
permusuhan lepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif
h.
Mempunyai rasa kasih
sayang yang besar.
Sedangkan di dalam bukunya Abdul Mujib
dan Jusuf Mudzakir, tanda-tanda kesehatan mental adalah .adanya perasaan cinta.
Cinta dianggap sebagai tanda kesehatan mental sebab cinta menunjukkan diri
positif. Cinta mendorong individu untuk hidup berdamai, rukun, saling
kasih-mengasih, dan menjauhkan dari kebencian, dendam, permusuhan, dan
pertikaian.
Jika dilihat dari pendapat para ahli
yang dijelaskan di atas, nampak saling melengkapi antara satu dengan yang
lainnya. Tetapi penulis memilih pendapat dari Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir
karena dengan adanya rasa cinta di antara manusia, maka akan timbul rasa saling
menyayangi, perdamaian, saling menghormati sesama manusia. Sehingga tidak ada
rasa dendam ataupun iri hati yang bisa menyebabkan seseorang tertekan
perasaannya karena di benci oleh orang lain.
2.2 Konsep Normal di
Masyarakat
2.2.1 Pengertian
Tingkah Laku Normal
Tingkah laku normal ialah tingkah laku yang adekwat (serasi,
tepat) yang bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya. Tingkah laku pribadi yang normal ialah
perilaku yang sesuai dengan pola kelompok masyarakat tempat dimana ia berada;
sesuai pula dengan norma-norma sosial yang berlaku pada saat dan tempat itu,
sehingga tercapai relasi personal dan interpersonal yang memuaskan.
2.2.2 Kriteria Pribadi Normal
1. Menurut Maslow dan Mittelmann
Maslow dan Mittelmann menyatakan
bahwa pribadi yang normal dengan jiwa yang sehat ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut.
a.
Memiliki rasa aman yang tepat (sense of security)
b.
Memiliki penilaian diri (self evaluation) dan
wawasan (insight) yang rasional.
c.
Memiliki spontanitas dan emosional yang tepat.
d.
Memiliki kontak dengan realitas secara efisien.
e.
Memiliki dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu yang sehat.
f.
Memiliki pengetahuan mengenai dirinya secara objektif.
g.
Memiliki tujuan hidup yang adekuat, tujuan hidup yang
realistis, yang didukung oleh potensi.
h.
Mampu belajar dari pengalaman hidupnya.
i.
Sanggup untuk memenuhi tuntutan-tuntutan kelompoknya.
j.
Ada sikap emansipasi yang sehat pada kelompoknya.
k.
Kepribadiannya terintegrasi
2.
Kriteria Pribadi yang normal menurut W.F. Maramis.
Menurut Maramis, terdapat enam
kelompok sifat yang dapat dipakai untuk menentukan ciri-ciri pribadi yang
Sehat-Normal, adalah sebagai berikut :
a.
Sikap terhadap diri sendiri : menerima dirinya sendiri,
identitas diri yang memadai, serta penilaian yang realistis terhadap
kemampuannya.
b.
Cerapan (persepsi) terhadap kenyataan : mempunyai
pandangan yang realistis tentang diri sendiri dan lingkungannya.
c.
Integrasi: kesatuan kepribadian, bebas dari
konflik pribadi yang melumpuhkan dan memiliki
d.
daya tahan yang baik terhadap stres.
e.
Kemampuan : memiliki kemampuan dasar secara fisik,
intelektual, emosional, dan sosial
f.
sehingga mampu mengatasi berbagai masalah.
g.
Otonomi : memiliki kepercayaan pada diri sendiri yang
memadai, bertanggung jawab, mampu mengarahkan dirinya pada tujuan hidup.
h.
Perkembangan dan perwujudan dirinya : kecenderungan pada
kematangan yang makin tinggi.
2.2.3.
Penyesuaian Yang Normal (Well
Adjusment)
Seseorang
dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal, yang baik, apabila dia
mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan
diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai dengan norma agama. Penyesuaian
yang normal ini memiliki karakteristik sebagai berikut (Schneiders, 1964:
2740276)
1.
Absence of excessive emotionality (terhindar dari ekspresi
emosi yang berlebihan, merugikan, tidak mampu mengontrol diri)
2.
Absence of psychological mechanisme (terhindar dari
mekanisme-mekanisme psikologis, seperti rasionalisasi, agresi, kompensasi, dsb)
3.
Absence of the sense of personal frustration (terhindar dari
perasaan frustasi atau kecewa karena tidak terpenuhinya kebutuhannya)
4.
Rational deliberation and self-direction (memiliki pertimbangan
rasional, yaitu mampu memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang matang
dan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil)
5.
Ability to learn (mampu belajar, mampu mengembangkan dirinya
dalam upaya memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah)
6.
Utilization of past experience (mampu memanfaatkan
pengalaman masa lalu, bercermin ke masa lalu baik yang terkait dengan
keberhasilan maupun kegagalan untuk mengembangkan kualitas hidup yang lebih
baik)
7.
Realistic, objective attitude (mampu menerima kenyataan yang
dihadapi secara wajar, mampu menghindari, merespon situasi atau masalah secara
rasional, tidak didasari oleh prasangka buruk)
2.3 Konsep Abnormal
2.3.1 Pengertian Abnormal
Abnormal artinya menyimpang dari yang
normal. Yang normal itu yang bagaimana? Bilamana gejala jiwa atau perilaku
dinyatakan normal? Pertanyaan tersebut tidak mudah untuk dijawab sebab manusia
merupakan makhluk multi dimensional. Manusia merupakan makhluk biologis,
makhluk individu, makhluk sosial, makhluk etis, dst, sehingga perilaku manusia
dapat dijelaskan dari dimensi-dimensi tersebut, begitu juga bila berbicara
mengenai abnormalitas jiwa.
Menurut James W. Van Der Zanden, Penyimpangan perilaku
adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang
tercela dan diluar batas toleransi. Sedangkan Robert M. Z. Lawang berpendapat
bahwa perilaku menyimpang adalah semua perilaku yang menyimpang dari norma yang
berlaku dalam system sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang
dalam system itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang.
2.3.2 Kriteria
Abnormal
a. Abnormalitas
menurut Konsepsi Statistik
Secara statistik suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal bila menyimpang
dari mayoritas. Dengan demikian seorang yang jenius sama- sama abnormalnya
dengan seorang idiot, seorang yang jujur menjadi abnormal diantara komunitas
orang yang tidak jujur.
b. Abnormal menurut Konsepsi Patologis
Berdasarkan konsepsi ini tingkah laku individu dinyatakan tidak normal bila
terdapat simptom-simptom (tanda-tanda) klinis tertentu, misalnya ilusi,
halusinasi, obsesi, fobia, dst. Sebaliknya individu yang tingkah lakunya tidak
menunjukkan adanya simptom-simptom tersebut adalah individu yang normal.
c. Abnormal menurut Konsepsi Penyesuaian
Pribadi
Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang
bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil.
Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila
dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan,
dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian
pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal.
d. Abnormal
menurut Konsepsi Penderitaan/tekanan Pribadi
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan
kesengsaraan bagi individu.
·
Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress.
Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan
suatu rasa bersalah atau kecemasan.
·
Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan
abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik.
·
Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk
menentukan standar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara
umum.
e.
Perilaku berbahaya
Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri ataupun orang lain
dapat dikatakan abnormal.
f. Abnormalitas menurut Konsepsi
Sosio-kultural
Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang
bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil.
Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi
maslah dirinya menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada
akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya
tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal
g. Abnormalitas menurut Konsepsi Kematangan Pribadi
Menurut konsepsi kematangan pribadi, seseorang dinyatakan normal jiwanya
bila dirinya telah menunjukkan kematangan pribadinya, yaitu bila dirinya mampu
berperilaku sesuai dengan tingkat perkembangannya.
h. Disability
(tidak stabil)
·
Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk
mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai
narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka
mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.
·
Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal
juga mengalami disability. Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan seksual
voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain
telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia
mengalami disability dalam masalah seksual.
Dari semua kriteria di atas menunjukkan
bahwa perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria
yang secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku normal. Tapi
sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi
perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa
abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya
serta waktu.
2.3.3 Konsep
Perilaku Menyimpang
Menurut
Lemmet (1951) terdapat dua konsep perilaku menyimpang, sebagai berikut:
a. Penyimpangan
primer, yaitu penyimpangan bersifat sementara atau perbuatan yang pertama kali
dilakukan seseorang dimana pada aspek kehidupan lainnya selalu berlaku
konformasi (mematuhi norma yang berlaku). Contoh; pelanggaran rambu-rambu lalu
lintas, ngebut di jalan.,dll.
b. Penyimpangan
sekunder, yaitu penyimpangan sosial yang dilakukan secara terus-menerus,
meskipun sanksi telah di berikan kepadanya, sehingga para pelakunya secara umum
di kenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang. Contoh : pembunuhan,
pemerkosaan, dll.
2.3.4 Dampak
Penyimpangan Sosial terhadap Diri sendiri/ Individu
·
Terkucil
·
Terganggu perkembangan
jiwa
·
Merasa bersalah
2.3.5 Dampak
Penyimpangan Sosial terhadap Masyarakat
·
Kriminalitas
·
Terganggu keseimbangan
sosial
·
Pudarnya nilai dan
norma
Terimakasih atas informasi kesehatan masyarakatnya,
BalasHapus