Pandangan Orang Buton Terhadap Penyakit
Pandangan
Orang Buton Terhadap Penyakit
Pandangan masyarakat mengenai
terjadinya penyakit berbeda
antara daerah yang satu
dengan daerah yang
lain, karena tergantung
dari kebudayaan yang ada
dan berkembang dalam
masyarakat tersebut. Pandangan
kejadian penyakit yang berlainan
dengan ilmu kesehatan
sampai saat ini
masih ada di masyarakat, dapat
turun temurun dari
satu generasi ke
generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas
Penyakit merupakan suatu
fenomena kompleks yang
berpengaruh negatif terhadap kehidupan
manusia. Perilaku dan
cara hidup manusia
dapat merupakan penyebab
bermacam-macam penyakit baik
dizaman primitif maupun di
masyarakat yang sudah
sangat maju peradaban
dan kebudayaannya. Ditinjau
dari segi biologis penyakit merupakan :
“kelainan berbagai organ
tubuh manusia, sedangkan
dari segi kemasyarakatan yang sudah keadaan sakit
dianggap sebagai penyimpangan
perilaku dari keadaan sosial yang normatif. Penyimpangan itu dapat disebabkan oleh kelainan biomedis
organ tubuh atau lingkungan
manusia, tetapi juga
dapat disebabkan oleh
kelainan emosional dan
psikososial individu bersangkutan.
Faktor emosional dan
psikososial ini pada
dasarnya merupakan akibat
dari lingkungan hidup
atau ekosistem manusia dan adat kebiasaanmanusia atau
kebudayaan (Loedin AA. Dalam Lumenta,”
(1989 : 7-8).
Konsep kejadian penyakit menurut ilmu kesehatan bergantung dari
jenis penyakit. Secara umum
konsepsi ini ditentukan
oleh berbagai faktor
antara lain parasit, vektor,
manusia dan lingkungannya.
Menurut pandangan orang
Buton bahwa sakit
adalah semacam gangguan terhadap pikiran
dan fisik manusia,
sehingga mengakibatkan tidak
dapat melaksanakan kegiatan
/ pekerjaan dengan
baik. Dengan kata
lain sakit adalah
gangguan yang datang menyerang tubuh manusia baik secara fisik maupun batin (kejiwaan).
Dari pengetahuan tersebut maka sakit dapat dibedakan dalam dua
kategori yaitu sakit yang
bersifat rasional (nyata)
ringan dan irasional
(tidak nyata) atau
berat. Sakit yang digolongkan
rasional menurut konsep masyarakat Buton adalah
yang dapat dilihat atau dirasakan dengan jelas bagian mana yang terasa
sakit atau terganggu, sehingga mudah
untuk pengobatnya. Sedangkan
sakit yang tidak
irasional mempunyai ciri
yang sulit untuk
menentukan penyebabnya, dan
tidak dapat ditunjukan
bagian mana yang
terasa sakit, karena
yang merasakan sakit adalah fisik atau pikiran, baik secara
sadar atau tidak sadar.
Dalam pandangan masyarakat Buton sakit yang bersifat tidak nyata
jauh lebih berbahaya
daripada sakit yang
nyata, terutama ditinjau
dari kemampuan untuk mengobatinya.
Sakit yang tidak
nyata dan dipercayai
sepenuhnya oleh masyarakat
Buton yaitu sakit
kemasukan roh jahat
(guna-guna) sakit ingatan
(amagila) dan sakit yang sering menimpa anak-anak seperti dalam
bahasa daerah disebut lebuta. Penyakit
ini oleh masyarakat
diidentifikasikan sebagai penyakit yang
terkena teguran leluhur
atau melanggar pantangan
tertentu, dan cara
pengobatannya harus ditangani oleh ahlinya.
Sakit yang dalam
bahasa Buton disebut
dengan amapii, panaki
yang berarti orang tersebut harus istirahat dari aktivitas. Kepada
mereka yang sakitnya ringan
dan masih dapat
melaksanakan tugasnya seadanya
dikatakan Parangara (tanda-tanda sebelum
sakit). Sakit ringan
menurut batasan amapii adalah
masuk angin, batuk, sakit kepala, sakit gigi, sakit perut, demam,
gatal-gatal dan sariawan.
Kepercayaan tentang makhluk
gaib yang jahat
menimbulkan banyak istilah penyakit yang
bersifat tidak nyata.
Dalam lingkungan masyarakat
Buton sakit yang tidak jelas namanya
dan tidak dapat
diidentifikasikan sendiri jenis
pengobatannya, dianggap sebagai
perbuatan makhluk gaib,
yang menurut kepercayaan masyarakat
setempat dianggap sebagai
perbuatan yang melanggar sesuatu kebiasaan (adat) atau akibat perbuatan manusia dengan
menggunakan roh jahat. Sebagaimana yang
dikatakan oleh La Niampe bahwa :
adanya kekuatan gaib
yang dipakai untuk
menyerang manusia itu disebabkan oleh
kepercayaan mereka, sesungguhnya
ilmu mereka itu hanya berupa mantra oleh karena saking
percayanya maka ilmu itu manjur dan
dapat mencelakakan manusia
sesama dan dapat
pula menyelamatkan
seseorang.
Berdasarkan uraian diatas,
disimpulkan bahwa pandangan
masyarakat Buton tentang penyakit
merupakan rangkaian dari
proses kebudayaan, dicontohkan disini
sesuatu pengetahuan tentang sakit pada masyarakat Buton yang telah dinetralisasikan kedalam
sistem kepribadian masyarakat.
Di samping itu pandangan
sakit bagi masyarakat
Buton dapat pula
dilihat dari dimensi perkembangan kebudayaan Buton, dimana
presepsi yang diinternalisasikan dalam sistem
kepribadian merupakan perpaduan
antara (1) tradisi
kecil (pandangan masyarakat Buton
sebelum adanya pengaruh
Hindu -Budha ),
(2) tradisi besar yaitu
pandangan masyarakat Buton
setelah adanya pengaruh
budaya Islam (3) Pengaruh
tradisi modern. Tradisi
modern memberi corak
pada pandangan masyarakat Buton
tentang penyakit saat ini.
Perpaduan antara ketiga
perkembangan kebudayaan di
daerah Buton tentang sakit. Pembicaraan pandangan tentang
sakit pada orang Buton selanjutnya
akan dilihat berdasarkan
konsep Foster yang
menyoroti penyebab penyakit.
Ada dua macam
secara tradisional yakni
sistem personalistik dan
sistem naturalistik (Foster dan Anderson,
1986 :63).
Sistem personalistik mengatakan
bahwa sakit disebabkan
oleh adanya agen (perantara). Perantara dapat dilakukan
oleh orang Misalnya tukang sihir dan paraka yaitu
sebagai sosok makhluk
kejadian yang dapat
membunuh manusia sesama. Untuk
masyarakat Buton misalnya roh jahat atau
sosok supranatural (hal yang gaib) misalnya alam yang mempunyai kekuatan gaib.
Sistem naturalistik mengatakan
bahwa sakit bukan
disebabkan oleh agen perantara. Hal ini terjadi oleh
sebab-sebab alami dan tanpa adanya sebab dari luar, lebih jauh
lagi dikatakan bahwa
sakit disebabkan oleh
suatu keadaan seperti dingin, panas,
angin, udara lembab
dan ketidak seimbangan
antara unsur-unsur yang ada
dalam tubuh. Sistem
naturalistik mengenai kesehatan
dikaitkan dengan modal
keseimbangan. Konsep sehat
dan sakit yang
dianut oleh pengobat tradisional sama
dengan yang dianut
masyarakat setempat, yakni
suatu keadaan yang berhubungan
dengan keadaan badan
atau kondisi tubuh
kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan.
Berdasarkan konsep personalistik
dan Naturalistik, ada
suatu perbedaan pandangan
terhadap sakit dan penyakit. Konsepsi seperti ini mengandung makna yang sama dengan penyebab penyakit yang
ada pada daerah Buton, Konsepsi ini akan
dipakai untuk melihat bagaimana pandangan Masyarakat Buton tentang (1),
Sebab-sebab penyakit (2),
Aspek diagnose dan
terapi tentang penyakit
(3) aspek preventif penyakit dan
cara penyembuhannya.
Berdasarkan hasil penelitian
bahwa pandangan masyarakat
Buton mengenai sebab penyakit
berdasarkan sistem personalistik
salah satunya adalah
sebab-sebab penyakit yang
disebabkan oleh agen (perantara). Di
Buton orang ini dianggap sebagai
agen, orang yang memiliki kekuatan gaib. Bisa membuat orang menjadi sakit,
bahkan sampai meninggal.
Pandangan seperti ini
sebagian kecil masih hidup
dalam pikiran orang
Buton. Cara penyembuhannya pun
untuk penyakit semacam ini
harus di bawa
kedukun. Karena dukun
mengobatinya dengan cara personalistik, yaitu dengan dasar kepercayaan
dan kekuatan gaib.
Perkembangan pandangan tentang
sakit dan penyakit
pada masyarakat Buton pada
saat ini masih
didominasi oleh tradisi
kecil dan tradisi
besar, pandangan mereka cenderung sakit yang disebabkan oleh agen dan
penyembuhan serta pencegahannya dengan cara ritual (upacara-upacara). Sedangkan
pandangan masyarakat Buton pada
saat ini, sebagian
penyakit disebabkan oleh
agen (perantara) dan sebagian
lagi disebabkan oleh
penyakit fisik yang
disebabkan secara naturalistik, yaitu sakit yang disebabkan oleh sebab-sebab alami atau sakit secara naturalistik,
yang dikenal dengan
ketidak seimbangan unsur-unsur
yang ada dalam tubuh
manusia. Pandangan seperti
ini pada masyarakat
Buton lebih cenderung berkembang
di daerah perkotaan
dan pada masyarakat
yang jenjang pendidikannya lebih
tinggi. Diagnose dan terapi diperoleh dalam tiga lingkungan: (1) lingkungan
keluarga, (2) lingkungan dukun dan dokter, (3) lingkungan dokter dan dukun.
Untuk penyakit tertentu
seperti luka, patah
tulang, sakit kepala,
muntah berak, secara naturalistik diagnose paling awal (tearapi) adalah
ke dokter dan baru kalau tidak sembuh lalu ke dukun dan tindakan preventifnya
adalah ke dokter dan pencegahan secara ritual (upacara).
Pandangan masyarakat Buton
tentang sakit dan
penyakit yang dijelaskan
diatas merupakan perpaduan
pandangan masyarakat dari
tradisi kecil, besar,
dan modern. Dari contoh-contoh
yang telah dijelaskan
mengenai penyakit-penyakit
tertentu: (1) pandangan
masyarakat Buton tentang
penyakit lebih cenderung
ke personalistik, baru ke
naturalistik seperti sakit-sakit
lama yang tidak
sembuh dengan pertolongan medis
dan lain-lain. (2)
di samping itu
ada pula pandangan yang cenderung mengarah ke
naturalistik baru ke personalistik dan (3) pandangan yang
merupakan penggabungan antara
keduanya yaitu pandangan
penyakit yang disebabkan
oleh agen dan oleh alam (tidak dengan perantara). Cara preventif dan
pengobatan dilakukan dengan dua cara. Pertama
dengan cara modern yaitu pergi ke dokter, dan juga dengan cara
tradisional yaitu pergi ke dukun. Kemudian kalau sudah ke
dokter terlalu lama
tetapi tidak sembuh,
barulah keluarga tersebut mengusahakan jalan
lain kepada tokoh-
tokoh pengobatan tradisional
yang bersedia mengobati penyakit yang bersangkutan.
Berdasarkan contoh yang
telah dijelaskan diatas
dapat disimak bahwa pandangan masyarakat Buton tentang
sakit dan penyakit mempunyai tiga bentuk: (1)
pandangan yang bersifat
personalistik, penyakit yang
disebabkan oleh agen, (2)
pandangan yang bersifat
naturalistik, sakit disebabkan
oleh alam seperti penyakit yang
disebabkan oleh pengaruh
angin, udara yang
lembab, (3) pandangan yang
bersifat penggabungan antara
yang bersifat personalistik
dan naturalistik. Cara pencegahan
yang ke dokter
baru ke dukun
ini tergantung dari jenis
penyakit tertentu, kadang-kadang
mulai dari dukun
dulu baru ke
dokter, terutama untuk penyakit yang bersifat non fisik.
Komentar
Posting Komentar