DESINFEKSI
DESINFEKSI
2.1
Pengertian
Desinfeksi
adalah proses pengolahan air dengan
tujuan membunuh kuman atau bakteri pathogen yang ada dalam air. Sebelum air bersih
didistribusikan proses desinfeksi mutlak dilakukan sebaik apapun hasil pengolahan
yang diperoleh.
2.2
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di
Tempat Kerja
2.3
Aspek-aspek Desinfeksi
Kecepatan dan kemampuan desinfektan
tergantung dari beberapa faktor yakni :
1.
Keadaan
mikroorganisme dilihat dari : jenis, jumlah, umur, penyebaran
2.
Desinfektan
dilihat dari : jenis dan konsentrasi desinfektan.
3.
Waktu kontak
4.
Faktor
lingkungan meliputi : suhu, ph, kualitas air, pengolahan
air.
2.4
Jenis Desinfektan
1.
Chlorin (Cl2)
Chlorin banyak digunakan dalam pengolahan air
bersih dan air limbah sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidant,
chlorin digunakan untuk menghilangkan bau, rasa dan warna pada pengelolahan air
bersih, serta untuk mengoksidasi Fe+2 dan Mn-2 yang banyak terkandung dalam air tanah menjadi Fe+3 dan Mn-3 .
Yang dimaksud dengan chlorin tidak hanya Cl2
saja, akan tetapi termaksud pula asam hiphochlorite (HOCl) dan ion hypochlorite
(OCl). Juga beberapa jenis chloramine, seperti monochloramine (NH2Cl)
termaksud di dalamnya. Chlorin dapat diperoleh dari gas Cl2 atau
dari garam-garam NaOCl (bleach) dan Ca(OCl)2. Chloramines terbentuk
karena adanya reaksi antara amonia (NH3), baik anorganik amonia
maupun organik amonia di dalam air dengan chlorine. Adapun jenis-jenis chlorin
adalah sebagai berikut :
a.
Anorganik
Chloramine
Seperti telah disebutkan di atas, chloramine
terbentuk karena adanya amonia di dalam air. Chloramine kurang efektif sebagai
desinfektan bila dibandingkan dengan chlorine, tetapi bersifat lebih stabil
sehingga residualnya lebih persistent. Pementukan jenis chloramines tergantung
pada pH dan pertandingan NH3 dengan HOCl.
b.
Organik Chloramine
Pada organic chloramines reaksi yang
terbentuk agak lambat tetapi hasilnya stabil, sehingga residualnya tetap ada
setelah beberapa jam. Kemampuan desinfektan lebih rendah bila dibandingkan
dengan anorganik chloramine.
c.
Natrium dan
Calsium Hphochlorit
Natrium dan Calsium hypochlorite banyak
digunakan sebagai desinfektan di dalam kolam renang. Keduanya menjadi
efektivitas yang sama dengan chlorine. Bentuk desinfektan yang ditambahkan akan
memengaruhi kualitas air yang didesinfeksi. Penambahan chlorin dalam bentuk gas
akan menyebabkan turuny pH air, karena terjadi pembentukan asam kuat. Akan
tetapi penambahan chlorine dalam bentuk natrium hypochlorite akan menaikkan
alkalinityair tersebut, sehingga pH akan lebih besar pula. Sedangkan Calsium
hypochlorite akan menaikkan pH kesadahan total air ang didesinfeksi.
d.
Chorine
dioksida
Sejak tahun 1944 chlorine dioksida (ClO2)
sudah digunakan dalam proses pengolahan air bersih, untuk menghilangkan rasa
dan bau akibat adanya phenol. Selain menghilangkan rasa dan bau ClO2
digunakan pula untuk menghilangkan zat besi (Fe) dan mangan (Mn), serta sebagai
desinfektan dan pencegah adanya algae.
2.
Ozone (O3)
Ozone atau O3 bersifat mudah larut
di dalam air dan mudah terdekomposisi pada temperature dan pH tinggi. Karena
sifat terakhir ini, maka ozone harus disiapkan/dibuat sesaat sebelum digunakan.
Ozone merupakan oksidator kuat yang bereaksi cepat dengan hampir semua zat
organik dan anorganik. Meskipun demikian, peekecualian terjadi bagi ion
chlorida karena tidak bereaksi dengan ozone dan amonia yang hanya sedikit
bereaksi dengan ozone.
Sifat ozone yang bereaksi dengan cepat
menyebabkan persistensinya di dalam air
hanya sebentar saja. Dengan demikian desinfektan ini kurang efektif bila
dimasudkan untuk “menjaga” kualitas air yang terkontaminasi di jaringan
distribusi. Ozone tidak stabil di dalam air serta mempunyai waktu paruh sebesar 40 menit pada pH 7,6 dan
suhu 14,6oC. Pada suhu udara bebas diperkirakan waktu paruhnya hanya
sekitar 10-20 menit.
3.
Iodine dan Bromine
Sudah sejak
lama iodine digunakan sebagai anti septik pada luka yang kita derita, meskipun
demikian penggunaannya sebagai desinfektan kurang popular sampai saat ini.
Dibandingkan dengan chlorine, penggunaan iodine memerlukan biaya besar. Seperti
halnya chlorine dan bromine, efektivitas iodine dalam membinasakan bakteri dan
cyste, masih sangat tergantung pada pH. Akan tetapi dalam membinasakan virus,
iodine lebih efektif daripada chlorine dan bromine. Bromine merupakan
bakterisida dan virusida yang efektif. Pada kehadiran amonia di dalam air,
bromine lebih efektif bila dibandingkan dengan chlorine. Sebagai cystisida,
asam hypobromus masih tetap aktif pada pH > 9.
4.
Desinfektan Lain
Beberapa desinfektan yang belum banyak
digunakan karena kurang efektif atau karena penggunaannya masih merupakan hal
baru, itu sebagai berikut :
a.
Ferrate
Ferrate merupakan garam dari asam ferric (H2FeO4)
dimana Fe bervalensi 6. Sebagai bakterisida atau virusida, ferrate lebih baik
dari pada chloramine.
b.
Hydrogen
Peroksida
Hydrogen peroksida (H2O2)
adalah oksidator yang digunakan pula sebagai desinfektan. Penggunaannya tidak
popular, karena harganya mahal dan konsentrasi yng diperlukan sebagai
desinfektan cukup tinggi.
c.
Kalium
Permanganat
Kalium permanganate (KMnO4)
merupakan oksidator kuat yang sudah sejak lama digunakan. Dalam proses
pengolahan air bersih, penggunaan KMnO4 adalah sebagai oksidator
untuk mengurangi kadar Fe dan Mn di dalam air, serta untuk menghilangkan rasa
dan bau dari air yang diolah. Selain itu KMnO4 digunakan pula
sebagai algisida. Penggunaan KMnO4 sangat terbatas karena harganya
mahal, dayanya sebagi bakterisida rendah, serta warnanya mengganggu bila
digunakan pada konsentrasi tertentu.
2.5
Cara-Cara Mendesinfeksi
1.
Cara Kimia
2.
Cara Fisika
3.
Cara Mekanik
Komentar
Posting Komentar